Sabtu, 15 Maret 2008

Perang Tarif Seluler, Dagelan atau Bukan?

[Info Pulsa] - Perang tarif seluler makin gila-gilaan. Operator-operator besar seperti Telkomsel, Indosat (GSM) dan XL berlomba-lomba menurunkan tarif baik untuk percakapan telepon maupun sms. Skema yang ditawarkan pun aneka ragam, mulai tarif per detik dan sekarang sampai puas. Namun punya satu kesamaan, sama sama bilang: “gue juga bisa kasih lebih murah”.

Lalu apa reaksi konsumen? Apakah langsung pindah nomor/pindah operator ke operator lain?

Mungkin ada yang begitu. Kalau saya sendiri malah bertanya: “Apa betul?” Kalau penasaran biasanya kita pelajari brosur iklan kemudian bikin perbandingan sederhana. Lihat syarat dan ketentuan. Kemudian dengan analisa masing-masing kita simpulkan memang ada yang murah, dan ada yang “tipuan” belaka.

Setelah itu apa? Apakah berlaku untuk seterusnya atau hanya pada masa promosi?

Jika memang berlaku untuk masa promosi yang cukup lama, mungkin saja itu bukan “tipuan” iklan semata. Tapi saya juga bertanya what’s on earth yang bisa mempertahankan kualitas jaringan selama masa promosi. The next thing I know, jaringan malah suka ngadat pada masa promosi seperti ini. Dulu waktu ada promo telepon gratis dari salah satu operator, telepon aja susah. Kalau bisa nyambung, cuma bertahan 10 menit. Operator yang bersangkutan kemudian minta maaf atas terjadinya lonjakan traffic pada jam-jam gratis tersebut.

“Penyakit” jaringan ngadat tersebut juga sudah terjadi di masa perang tarif seluler sekarang. Bukan cuma di kota besar, tapi juga di daerah pelosok. Kalau menurut salah satu pedagang handphone: “Uang mah moal bobodo, Jang!” Artinya, uang ngga akan nipu. You will get what you paid for.

Bukankah ini jadi mirip dagelan?

Ah, saya tidak sendirian, ada banyak orang yang lebih kritis dan punya opini yang lebih jernih dalam menyikapi perang tarif saat ini.

Tidak ada komentar: