Rabu, 05 Maret 2008

Menyoal ancaman perang tarif seluler terhadap FWA

[Bisnis Indonesia] - eberapa hari belakangan ini televisi, majalah, dan koran ramai menayangkan program penarifan baru operator telekomunikasi seluler. Tak ketinggalan juga baliho-baliho ukuran raksasa yang banyak terpampang di sudut-sudut jalan, seakan-akan menandai berlanjutnya perang tarif di sektor telekomunikasi bergerak tersebut.

Di antara sekian banyak program promosi baru itu, yang paling terasa adalah perang tarif antara PT Excelcomindo Pratama Tbk dengan PT Indosat Tbk. Bila dilihat dari sisi pelanggan, hingga akhir tahun lalu pelanggan Indosat mencapai 24,5 juta orang, XL 15,5 juta orang. Sementara itu PT Telkomsel telah menguasai lebih dari 50 juta pelanggan.

Program tarif promosi seluler yang cenderung jor-joran tersebut sepertinya bisa mengancam operator akses nirkabel tetap yang memiliki keterbatasan dalam hal mobilitas.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengungkapkan cepat atau lambat tarif seluler kemungkinan besar akan mendekati harga FWA (fixed wireless access) atau telepon tetap berbasis jaringan seluler. Yang masuk kelompok ini adalah Esia (Bakrie Telecom), StarOne (Indosat), dan TelkomFlexi (Telkom).

"Saat ini FWA yang memiliki mobilitas terbatas masih lebih murah dari seluler. Namun, hal itu akan berubah drastis bila lisensi akses gabungan [unified access licensing] mulai diterapkan di Indonesia," tegasnya.

Tidak ada komentar: